KESENIAN KARINDING


KARINDING


Karinding memiliki begitu banyak kekayaan intelektualitas di balik bentuknya yang sederhana. Seperti waditra tradisonal lainnya yang mengandung banyak sekali kearifan lokal, karinding juga memiliki begitu banyak kandungan posistif di dalamnya, baik di balik bentuknya, maupun cara memainkan, serta di balik bagaimana kita bisa terus merevitalisasi alat musik dan kesenian ini dan hubungannya dengan terciptanya masyarakat yang integratif dan inklusif. Dan yang paling dasar dari semua itu adalah bagamana karinding bisa digunakan sebagai alat pendidikan moral dan mental, sehingga ketika seseorang memainkan waditra ini akan timbul sebuah kesadaran baru dalam memandang hidup yang lebih sederhana dan arif, di samping tentu saja pengasahan rasa musikalitas dan ketenangan jiwa.
Di balik bentuknya yang begitu sederhana, waditra karinding ternyata memuat nilai filosofis yang sangat tinggi. Karinding terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah pancepengan, yaitu bagian yang harus dipegang dengan mantap, bagian kedua adalah cecet ucing di mana buluh bambu karinding yang dibuat kecil dan tipis akan bergetar dan menghasilkan bunyi ketika bagian ke tiga atau dikenal juga sebagai bagian paneunggeulan ditabuh. Jika ketiga bagian karinding ini sudah bisa dikuasai dengan baik oleh seniman karinding, maka ketika ditabuh dan dirapatkan ke mulut, maka barulah bunyi karinding yang mantap akan tercipta. Yakin Sadar Sabar Bagian pertama dari karinding, pancepengan, merupakan bagian di karinding di mana pemain karinding harus memegangnya dengan baik. Tak usah erat, yang penting pas dan mantap. Bagian ini serta cara bagaimana sang pemain karinding memegangnya mengandung nilai filosofi yakin; bahwa ia harus yakin dengan apa yang ia pegang sebelum kemudian ia mainkan. Yakin bahwa ia bisa memainkan,yakin bahwa apa yang ia mainkan akan berguna bagi banyak orang. Yakin kepada diri sendiri akan meniupkan ruh positif bagi individu sehingga ia akan terus berkata, “Aku bisa! Aku bisa!” kepada dirinya sendiri. Ini akan memupuk semangat awal dalam bermian karinding.
Dengan terus memupuk keyakinan terhadap diri sendiri maka kita sebenarnya sedang membuka sumbat yang menutupi potensi diri kita sendiri. Sekali sumbat potensi ini terbuka maka energi pun mulai mengalir ke dalam diri kita sendiri, membimbing kita mencapai tujuan yang kita yakini. Energi ini pula yang akan membantu kita dalam mencari referensi, bertanya kepada yang sudah berhasil, memanajemen pekerjaan sesuai tingkat kepentingannya, menyusun berbagai langkah yang kita yakini benar, serta bertawakal kekhadirat-Nya atas apa ayng akan kita lakukan. Keyakinan ini akan membina kita agar terus berada dalam kerendahan hati, tidak menjadi lebih besar dengan keyakinan diri sendiri, namun sebaliknya lebih strategis dan detil dalam segenap pemikiran. Setelah dengan yakin bahwa ia menggenggam untuk memainkan karinding, maka pemain karinding bisa mulai menabuh karinding dengan sabar, tidak tergesa-gesa, tidak terlalu cepat, tidak terlalu keras, tidak terlalu pelan, pas di tengah-tengah. Orang-orang bijak selalu berkata bahwa sebaik-baik urusan adalah yang berada di tengah-tengah, dan kesabaran yang pas seperti ini pula yang diperlukan dalam menabuh karinding agar suara yang dikeluarkan bisa semantap keyakinan yang ia pegang.



Nama : Mochamad Yusman Arief


Sumber : Kimung
Referensi : journal.unpar.ac.id/index.php/ECF/article/download/2298/2072

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESENIAN OGEL DI DESA SUKAMAJU MAJALAYA

KESENIAN GEMBYUNG

KESENIAN BANGKONG REANG