KESENIAN GEMBYUNG

Kesenian Gembyung awal nya terdiri dari dua suku kata yakni Gem dan Yung. Kata Gem berasal dari kata ageman yang berarti ajaran, pedoman, atau keyakinan yang dianut oleh umat manusia, sementara kata Byung asal kata dari kabiruyungan yang punya arti kepastian supaya dilaksanakan. Kesenian gembyung tersebut erat kaitanya dengan proses penyebaran ajaran agama Islam di Jawa Barat dan berkaitan dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa yang dilakukan oleh sembilan wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songo/9.
Kesenian Gembyung sendiri, mengandung nilai-nilai agama dan keteladanan, kesenian gembyung pada jaman itu dimainkan oleh para wali, seperti yang diketahui dalam sejarah pada abad 16. (artikel kompasiana, 2012).

Gemyung adalah seni terbang atau seni shalawatan yang dinyanyikan oleh laki – laki. Dulu Gemyung lebih dikenal dengan nama Bangreng (terbang ronggeng). Alat musiknya terdiri dari genjring kempring(paling kecil), genjring kempul (agak besar) dan genjring goong (bentuknya paling besar). Dan sekarang seni gemyung ditambah peralatan gendang dan goong untuk kombinasi irama musik dengan salawat nabi. Seni Gemyung ini mulanya sebagai alat musik para wali dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa barat pada khusunya dan pulau Jawa pada umumnya, maka banyak orang yang menyebutnya sebagai “kesenian para wali”. (gemyung-kabupaten-subang.htm, 02/2013).
Gembyung adalah ensambel musik yang terdiri dari beberapa waditra terbang dengan tarompet yang merupakan jenis kesenian bernafaskan Islam. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidakmenggunakan waditra tarompet. Gembyung merupakan jenis kesenian tradisional khas daerah Subang yang sampai sekarang masih terus dimainkan.
Gembyung biasa dimainkan untuk hiburan rakyat seperti pesta khitanan dan perkawinan atau acara hiburan lainnya dan juga digunakan untuk upacara adat seperti halnya Ruatan bumi, minta hujan dan mapag dewi sri. Dalam perkembangannya saat ini, gembyung tidak hanya sebagai seni auditif, tapi sudah menjadi seni pertunjukan yang melibatkan unsur seni lain seperti seni tari. Di beberapa daerah wilayah di Jawa Barat, kesenian Gembyung telah dipengaruhi oleh seni tarling dan jaipongan. Hal ini tampak dari lagu-lagu Tarling dan Jaipongan yang sering dibawakan pada pertunjukan Gembyung. (www.sundanet.com, diakses 23 Mei 2016).
Karwati (2008:69) bahwa : seni gembyung memiliki sifat ritual yang cirinya dapat diamati pada penyajian lagu-lagu, yakni ditunjukan kepada Tuhan dan kepada leluhurnya. Pada perkembangan baru ini dalam penyajian, kesenian musik gembyung masih terdapat hal mistis, walau pada media hiburan seperti persepsi pernikahan dan hiburan lainnya.
Gembyung merupakan kesenian tradisional yang menggunakan genjring sebagai alat musik utama. Pada saat pementasan kesenian ini selalu menampilkan alunan musik tradisional, mengandung unsur yang dianggap sakral. Hal ini tetap dipegang teguh oleh para seniman gembyung, untuk menjaga keaslian seni tradisi warisan leluhur ini. Gembyung terdiri dari beberapa unsur yaitu waditra, pangrawit atau pemain alat musik, juru kawih, penari, dan busana. Waditra yang dipakai adalah genjring kemprang, genjring kempring, genjring gembrung, gendang, dan kecrek. Nayaga atau pemain alat musik, terdiri dari lima orang. pada saat pementasan biasanya nayaga mengambil posisi duduk atau bersila. Juru kawih gembyung biasanya laki-laki atau seorang dari yang memainkan genjring. Sehingga selain menggunakan genjring, juru kawih juga melantunkan lagu. Lagu yang dilantunkan juru kawih biasanya lagu berbahasa Sunda buhun, hal tersebut dapat didengar dari syair lagu yang kurang dipahami. Beberapa buah lagu buhun yang dinyanyikan oleh juru kawih antara lain ya bismillah, raja sirai, siuh, rincik manic, engko, dan geboy.(www.kotasubang.com, diakses Jul 7, 2014).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESENIAN OGEL DI DESA SUKAMAJU MAJALAYA

KESENIAN BANGKONG REANG