KESENIAN BANGKONG REANG


A. KESENIAN BANGKONG REANG

Kesenian Bangkong Reang merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat, tersebar di beberapa tempat di antaranya yaitu di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, dan di Desa Cikawung, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, serta di luar Kabupaten Bandung seperti di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur. Istilah Bangkong Reang sendiri merupakan perpaduan dari kata “Bangkong” dan “Reang”. Kata “Bangkong” yang merupakan istilah nama sejenis hewan yang berarti “Katak” dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata “Reang” mengandung arti terdengar suara banyak orang atau binatang. Dengan demikian, kesenian Bangkong Reang merupakan sebuah kesenian tradisional yang dalam pementasannya mengambil dari suasana terdengar bunyi suara banyak “Bangkong” dengan membentuk suatu pola irama musik tertentu.
Kesenian Bangkong Reang merupakan salah satu kesenian tradisional yang lahir dan tumbuh, serta berkembang dalam kehidupan masyarakat di Desa Lebak Muncang adalah hasil penciptaan atau penerapan nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari akar budaya masyarakat setempat. Keberadaan kesenian tersebut dipengaruhi beberapa aspek antara lain, letak geografis, pendidikan, mata pencaharian, kepercayaan dan lain-lain. Namun, aspek paling menonjol yang mempengaruhi munculnya suatu jenis kesenian tradisional adalah mata pencaharian hidup dan kepercayaan.
Masyarakat yang berada di daerah pedesaan pada umumnya menganut sistem ekonomi tradisional, yang pola produksinya berdasarkan pada tenaga keluarga, termasuk untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih gampang seperti menggembala ternak dilakukan oleh anak-anak. Begitu pula dengan kesenian Bangkong Reang berasal dari permainan tradisional anak-anak di Desa Lebak Muncang sebagai penggembala kerbau atau domba dalam mengisi waktu kosong supaya tidak jenuh terhadap aktivitas. Kebiasaan setiap warga masyarakat dalam berkomunikasi dengan individu yang lainnya, berkorelasi dengan sifat dan karakter budaya pada masyarakat agraris. Pada akhirnya kebiasaan anak-anak berkembang menjadi kesenian tradisional “kalangenan” sebagai hiburan pelepas lelah yang dimana sebagian masyarakat di Desa Lebak Muncang bermata pencaharian dalam bidang pertanian.
Selain itu, pada masyarakat agraris tradisional berkembang suatu mitologi yang menunjukan sebuah jenis kesenian tradisional musik bambu yang masih berkembang dalam masyarakat Sunda, mencerminkan kepercayaan terhadap nenek moyang (animisme) yang dalam pementasannya sebagai sarana ritual menghormati Dewi Sri atau Nyi Pohaci. Dalam mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah, biasanya masyarakat ekspresikan dalam bentuk pementasan karya kesenian musik bambu, termasuk di dalamnya Bangkong Reang.
Kesenian Bangkong Reang dalam proses perkembangannya mengalami berbagai permasalahan, terutama yang disebabkan oleh dampak dari globalisasi dan perkembangan budaya modern. Maka dari itu, kajian mengenai kesenian tradisional khususnya kesenian Bangkong Reang sangat penting dan diharapkan dapat memberikan sudut pandang lain dari strategi, serta dinamika budaya lokal dalam merespons berbagai tantangan globalisasi. Dari sejumlah jenis kesenian tradisional yang terdapat di Jawa Barat, kesenian Bangkong Reang yang berada di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, merupakan salah satu kesenian tradisional yang keberadaanya masih terpelihara dengan cukup baik, meskipun harus hidup di antara derasnya arus globalisasi.
Globalisasi bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan suatu jenis kesenian tradisional. Selain, dipengaruhi globalisasi perubahan yang terjadi dalam kesenian tradisional juga, ditentukan oleh seniman sebagai pelaku seni maupun masyarakat sebagai penikmatnya. Kesenian tradisional ini bisa saja punah, tersingkir oleh budaya asing, bahkan mampu bertahan menyesuaikan pada perkembangan zaman dengan cara mengubah nilai-nilai sakral di dalamnya menjadi seni pertunjukan menarik (Soedarsono, 1991, hlm. 32).
Perubahan suatu jenis kesenian tradisional salah satunya dapat dilihat dari pergeseran fungsi yang terjadi, seiring dengan proses berkembangnya kesenian tersebut dalam kehidupan masyarakat. Pergeseran fungsi dari kesenian Bangkong Reang tidak terlepas dari latar belakang masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan. Adanya perubahan sosial yang hadir sebagai dampak dari proses gobalisasi yang ditandai dengan mulai masuknya teknologi informasi

komunikasi yang modern, maka kesenian tradisional pun secara perlahan mulai mengalami pergeseran ke arah kesenian yang bersifat hiburan.
Pertanian yang menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat, namun seiring dengan perubahan zaman mengalami proses pergeseran dari masyarakat yang awalnya bersifat agrikultural menjadi masyarakat industri. Kebutuhan ekonomi yang semakin besar pun menjadi salah satu penyebab keberlangsungan fungsi ritual dari suatu kesenian tradisional dalam masyarakat. Demikian pula dengan apa yang diungkapkan oleh Soedarsono (1999, hlm. 1) dijelaskan bahwa,
Kesenian Bangkong Reang mulai mengalami pergeseran fungsi tidak hanya sekedar seni pertunjukan sebagai sarana ritual saja, melainkan juga menjadi kesenian yang dipentaskan dalam berbagai acara seperti peringatan hari-hari besar nasional, hajatan, baik pernikahan maupun khitanan. Kesenian Bangkong Reang dipertunjukan dalam acara hajatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik yang berasal dari sekitarnya maupun luar daerah, walaupun dengan intensitas pementasan yang masih jarang. Pementasan kesenian Bangkong Reang pada acara hajatan disesuaikan dengan permintaan dari penanggap atau penikmatnya, misalnya mengkombinasikan antara alat dari kesenian Bangkong Reang yang bersifat tradisional dengan alat kesenian yang lebih bersifat modern seperti keyboard (organ tunggal).
Selain itu, lagu pengiringnya pun disesuaikan dengan selera penonton yang lebih berminat terhadap lagu-lagu popular seperti dangdut. Hal ini dapat menyebabkan esensi musik dari kesenian tersebut mulai kabur dan dikhawatirkan akan berdampak pada mulai pudarnya unsur-unsur tradisional yang dimiliki kesenian Bangkong Reang. Permasalahan lainnya yang terjadi dalam bidang kesenian tradisional di antaranya perubahan selera atau minat dari masyarakat. 5
Sebagian besar masyarakat seleranya mulai bergeser pada kesenian yang lebih modern, karena pada era teknologi komunikasi dan informasi yang sangat maju, masyarakat dihadapkan kepada banyaknya hiburan alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.




B. kesimpulan
kesenian Bangkong Reang merupakan kesenian tradisional yang tidak terlepas dari tingkat kebudayaan kelompok sosial yang telah membentuk corak khas kebudayaannya. Maka dari itu, pembagian periode kebutuhan masyarakat dianggap penting. Pada awal perkembangnya kesenian ini menjadi media anak-anak di Desa Lebak Muncang, sebagai penggembala dalam memenuhi kebutuhan akan sarana alat permainan sebagai hiburan, supaya tidak merasa jenuh terhadap aktivitas menggembala ternak.


 kesenian Bangkong Reang mengandung nilai tentang pandangan hidup bahwa masyarakat harus mempertahankan tradisi nenek moyang dalam rangka pembinaan budaya masyarakat. Berangkat dari latar belakang kepercayaan secara turun temurun, resapan ajaran nenek moyang muncul kepermukaan dalam bentuk tindakan terhadap hasil karya kesenian Bangkong Reang oleh masyarakat dijadikan sebagai buah pemikiran yang ditunjukan untuk menghormati roh nenek moyang, terutama Dewi padi. Selain itu, pementasan kesenian Bangkong Reang dalam acara selamatan, baik pernikahan maupun khitanan yang tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat tentang waktu, terutama bulan yang dianggap baik seperti Rayagung, Muharam dan Mulud, sehingga di dalam kesenian ini terdapat juga nilai religius yang bersifat Islam.
Nilai gotong royong dalam kesenian Bangkong Reang nampak pada proses pewarisan sebagai bentuk penghargaan terhadap perilaku para pemukanya, yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan kesenian tersebut. Terakhir kesenian Bangkong Reang mengandung nilai pendidikan yang diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada masyarakat, khususnya anak muda setempat sebagai generasi penerus agar tetap memelihara kelestarian kesenian tradisional, sehingga tidak mengalami kepunahan.




Sumber referensi : Skripsi Sopian (1105620) " Perkembangan kesenian Bangkong Reang  Di Desa Lebak Muncang Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Pada Tahun 1967-2014"

penulis  

Nama  : Herni Heryanti
Nim    : 18123049


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESENIAN OGEL DI DESA SUKAMAJU MAJALAYA

KESENIAN GEMBYUNG