KESENIAN DEGUNG

"KESENIAN DEGUNG"

A. Sejarah degung
Degung, ialah semacam waditra pukul berbentuk 6buah gong kecil. Biasanya digantung secara berderet pada sebuah gantungan yang disebut rancak. Dahulu gamelan degung hanya dipergunakan dalam lingkungan bangsawan tinggi. Salah seorang yang menggemarinya adalah bupati bandung yaitu R.A.A. Wiranatakusuma. Istilah degung juga banyak yang beranggapan bahwa kata degung berasal dari kata kata ratu agung atau asal dari kata tumenggung, yaitu salah satu gelaran bupati pada zaman dahulu.

1. Zaman pra sejarah degung
Zaman pra sejarah degung adalah zaman sebelum degung ada(lahir). Sebagai titik tolaknya dimulai dari adanya :
pantun yang lahir sebelum abad ke-17.
Goong renteng sebagai dasar daripada degung yang lahir sesudah abad ke-17.

2. Zaman degung klasik
Zaman dimana pada saat itu kabupaten bandung dipegang oleh bapa bupati R.A.A wiranatakoesoema yang mendapat julukan kanjeng haji, adalah seorang nayaga yang terkenal, yaitu bapa idi (alm), beliaulah yang mengubah goong renteng menjadi degung, pada waktu itu waditra sederhana yang digunakan adalah :
Bonang
Jenglong
Saron
Goong

3. Zaman degung Baru
Penyebaran dan penggemarnya meluas, sehingga pada tahun 1962 ada suatu ide baru yaitu kombinasi antara angklung dan degung yang disebut angklung degung. Tetapi sayang angklung degung tidak begitu menyebar ke daerah daerah salah satu penyebabnya adalah angklung lebih mahal harganya.

Pada tahun 1964 penyusun mendengar degung telah memakai sekar (vokal) baik dalam bentuk anggana sekar maupun rampak sekar. Hal ini merupakan peristiwa penting karena merupakan suatu perubahan terutama pada ukuran surupan daripada degung tersebut, dengan sendirinya degung memakai kawih ukuran surupannya harus lebih tinggi daripada degung.

Timbul 2 ukuran surupan degung yaitu :
1. Degung klasik yaitu degung yang ukuran surupannya rendah. Hal ini disebabkan dasar degung yaitu goong renteng hanya untuk gendingan saja dan ini terpengaruh oleh dasar goong renteng tersebut yaitu kacapi.
2. Degung baru yaitu degung yang ukuran surupannya tinggi.

4. Zaman degung dewasa (masa transisi)
Perkembangan degung sekarang sangat pesat dan sangat memguntungkan kepada produksi degung dan para pelatihnya. Tapi jika dilihat dari segi kualitas sangat merosot karena para pelatih kurang bepuh dalam lagu lagu degung sehingga yang diajarkan kebanyakan lagu kiliningan, ketuk tilu , dan lagu lagu wayang. Pembuatan begitu akan mengurangi ajeusun degung, karena sangat ganjil (cawakah).

B. Waditra gamelan degung
Bonang (kolenang)
Pada umumnya kini bonang degung terdiri dari 14 kromong , mulai dari nada 5 (singgul ageung) sampai 2 (loloran alit).
Peking
Bilah peking degung diletakkan berderet pada ancak berbentuk lurus. Biasanya peking berwilah 14 nada dimulai dari nada 3 (panelu ageung) sampai dengan 2 (loloram alit)
Jenglong
Terdiri dari 6 buah gong kecil atau bende. Wilahan yang paling rendah nadanya, selaras dengan goong, yaitu singgul.
Kendang
Terdiri dari sebuah kendang indung dan sebuah kulanter.
Suling
Suling degung biasanya berlubang 4 yang besarnya tidak sama. Hal itu karena swarantara laras degung tidak sama.
Goong
Biasanya mempergunakan sebuah goong bernada 5 (singgul) dengan 25 getaran suara perdetik sesuai dengan laras gending degung yang bertangga nada singgul atau loloran.


C. Fungsi waditra
Bonang  : sebagai pemangku lagu (melodi acompagnement) pirigan, pengatur embat  (tempo)
Peking : kemprangan
Jenglong : rangka gending (balunganing gending)
Kendang : anggeran wiletan
Goong : barometer lagu, pengatur wiletan
Suling : lilitan melodi yang menjiwai degung

D. Kesimpulan
Gamelan degung dapat dikatakan khas pasundan. Tentang dimana timbulnya dan siapa penciptanya tidak terdapat keterangan yang jelas. Popularitas gamelan degung makin meningkat setelah dipergunakan untuk mengiringi tarian.


Nama : Bunga Puja Anjelia
NiM : 18123045

Referensi ;          1. Perkembangan degung di jawa barat ( atik soepandi)
3. Penuntun dan pengajaran degung (e. Tjarmedi dkk)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESENIAN OGEL DI DESA SUKAMAJU MAJALAYA

KESENIAN GEMBYUNG

KESENIAN BANGKONG REANG